Masa lampau Indonesia sangat
kaya raya. Ini dibuktikan oleh informasi dari berbagai sumber kuno.
Kali ini kami akan membahas kekayaan tiap pulau yang ada diIndonesia.
Pulau - pulau itu akan saya sebutkan menjadi tujuh bagian besar yaitu
Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda kecil, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan
Maluku, dan Papua.
Sumatera – Pulau Emas
Dalam
berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta:
Suwarnadwipa (“pulau emas”) atau Suwarnabhumi (“tanah emas”). Nama-nama
ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Sumatera
juga dikenal sebagai pulau Andalas.
Pada
masa Dinasti ke-18 Fir’aun di Mesir (sekitar 1.567SM-1.339SM), di
pesisir barat pulau sumatera telah ada pelabuhan yang ramai, dengan nama
Barus. Barus (Lobu Tua – daerah Tapanuli) diperkirakan sudah ada sejak
3000 tahun sebelum Masehi. Barus dikenal karena merupakan tempat asal
kapur barus. Ternyata kamper atau kapur barus digunakan sebagai salah
satu bahan pengawet mummy Fir’aun Mesir kuno.
Di
samping Barus, di Sumatera terdapat juga kerajaan kuno lainnya. Sebuah
manuskrip Yahudi Purba menceritakan sumber bekalan emas untuk membina
negara kota Kerajaan Nabi Sulaiman diambil dari sebuah kerajaan purba di
Timur Jauh yang dinamakan Ophir. Kemungkinan Ophir berada di Sumatera
Barat. Di Sumatera Barat terdapat gunung Ophir. Gunung Ophir (dikenal
juga dengan nama G. Talamau) merupakan salah satu gunung tertinggi di
Sumatera Barat, yang terdapat di daerah Pasaman. Kabarnya kawasan emas
di Sumatera yang terbesar terdapat di Kerajaan Minangkabau. Menurut
sumber kuno, dalam kerajaan itu terdapat pegunungan yang tinggi dan
mengandung emas. Konon pusat Kerajaan Minangkabau terletak di
tengah-tengah galian emas. Emas-emas yang dihasilkan kemudian diekspor
dari sejumlah pelabuhan, seperti Kampar, Indragiri, Pariaman, Tikus,
Barus, dan Pedir. Di Pulau Sumatera juga berdiri Kerajaan Srivijaya yang
kemudian berkembang menjadi Kerajaan besar pertama di Nusantara yang
memiliki pengaruh hingga ke Thailand dan Kamboja di utara, hingga Maluku
di timur.
Kini
kekayaan mineral yang dikandung pulau Sumatera banyak ditambang. Banyak
jenis mineral yang terdapat di Pulau Sumatera selain emas. Sumatera
memiliki berbagai bahan tambang, seperti batu bara, emas, dan timah
hitam. Bukan tidak mungkin sebenarnya bahan tambang seperti emas dan
lain-lain banyak yang belum ditemukan di Pulau Sumatera. Beberapa orang
yakin sebenarnya Pulau Sumatera banyak mengandung emas selain dari apa
yang ditemukan sekarang. Jika itu benar maka Pulau Sumatera akan dikenal
sebagai pulau emas kembali.
Jawa – Pulau Padi
Dahulu
Pulau Jawa dikenal dengan nama JawaDwipa. JawaDwipa berasal dari bahasa
Sanskerta yang berarti “Pulau Padi” dan disebut dalam epik Hindu
Ramayana. Epik itu mengatakan “Jawadwipa, dihiasi tujuh kerajaan, Pulau
Emas dan perak, kaya dengan tambang emas”, sebagai salah satu bagian
paling jauh di bumi. Ahli geografi Yunani, Ptolomeus juga menulis
tentang adanya “negeri Emas” dan “negeri Perak” dan pulau-pulau, antara
lain pulau “”Iabadiu” yang berarti “Pulau Padi”.
Ptolomeus
menyebutkan di ujung barat Iabadiou (Jawadwipa) terletak Argyre
(kotaperak). Kota Perak itu kemungkinan besar adalah kerajaan Sunda
kuno, Salakanagara yang terletak di barat Pulau Jawa. Salakanagara
dalam sejarah Sunda
(Wangsakerta) disebut juga Rajatapura. Salaka diartikan perak sedangkan
nagara sama dengan kota, sehingga Salakanagara banyak ditafsirkan
sebagai Kota perak.
Di
Pulau Jawa ini juga berdiri kerajaan besar Majapahit. Majapahit
tercatat sebagai kerajaan terbesar di Nusantara yang berhasil menyatukan
kepulauan Nusantara meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo,
Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan
Filipina. Dalam catatan Wang Ta-yuan, komoditas ekspor Jawa pada saat
itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Mata uangnya dibuat
dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu,
catatan kunjungan biarawan Roma tahun 1321, Odorico da Pordenone,
menyebutkan bahwa istana Raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak,
dan permata.
Menurut
banyak pakar, pulau tersubur di dunia adalah Pulau Jawa. Hal ini masuk
akal, karena Pulau Jawa mempunyai konsentrasi gunung berapi yang sangat
tinggi. Banyak gunung berapi aktif di Pulau Jawa. Gunung inilah yang
menyebabkan tanah Pulau Jawa sangat subur dengan kandungan nutrisi yang
di perlukan oleh tanaman.
Raffles
pengarang buku The History of Java merasa takjub pada kesuburan alam
Jawa yang tiada tandingnya di belahan bumi mana pun. “Apabila seluruh
tanah yang ada dimanfaatkan,” demikian tulisnya, “bisa dipastikan tidak
ada wilayah di dunia ini yang bisa menandingi kuantitas, kualitas, dan
variasi tanaman yang dihasilkan pulau ini.”
Kini
pulau Jawa memasok 53 persen dari kebutuhan pangan Indonesia. Pertanian
padi banyak terdapat di Pulau Jawa karena memiliki kesuburan yang luar
biasa. Pulau Jawa dikatakan sebagai lumbung beras Indonesia. Jawa juga
terkenal dengan kopinya yang disebut kopi Jawa. Curah hujan dan tingkat
keasaman tanah di Jawa sangat pas untuk budidaya kopi. Jauh lebih baik
dari kopi Amerika Latin ataupun Afrika.
Hasil
pertanian pangan lainnya berupa sayur-sayuran dan buah-buahan juga
benyak terdapat di Jawa, misalnya kacang tanah, kacang hijau, daun
bawang, bawang merah, kentang, kubis, lobak, petsai, kacang panjang,
wortel, buncis, bayam, ketimun, cabe, terong, labu siam, kacang merah,
tomat, alpokat, jeruk, durian, duku, jambu biji, jambu air, jambu bol,
nenas, mangga, pepaya, pisang, sawo, salak,apel, anggur serta rambutan.
Bahkan di Jawa kini dicoba untuk ditanam gandum dan pohon kurma. Bukan
tidak mungkin jika lahan di Pulau Jawa dipakai dan diolah secara
maksimal untuk pertanian maka Pulau Jawa bisa sangat kaya hanya dari
hasil pertanian.
Kepulauan Sunda kecil (Bali, NTB dan NTT) – Kepulauan Wisata
Ptolemaeus
menyebutkan, ada tiga buah pulau yang dinamai Sunda yang terletak di
sebelah timur India. Berdasarkan informasi itu kemudian ahli-ahli ilmu
bumi Eropa menggunakan kata Sunda untuk menamai wilayah dan beberapa
pulau di timur India. Sejumlah pulau yang kemudian terbentuk di dataran
Sunda diberi nama dengan menggunakan istilah Sunda pula yakni Kepulauan
Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil. Kepulauan Sunda Besar ialah
himpunan pulau besar yang terdiri dari Sumatera, Jawa, Madura dan
Kalimantan. Sedangkan Sunda Kecil merupakan gugusan pulau Bali, Lombok,
Sumbawa, Flores, Sumba, dan Timor.
Daerah Kepulauan Sunda kecil ini dikenal sebagai daerah wisata karena keindahan alamnya yang menakjubkan.
Sejak dulu telah ada yang berwisata ke daerah ini. Perjalanan Rsi
Markandiya sekitar abad 8 dari Jawa ke Bali, telah melakukan perjalanan
wisata dengan membawa misi-misi keagaman. Demikian pula Empu Kuturan
yang mengembangkan konsep Tri Sakti di Bali datang sekitar abad 11. Pada
tahun 1920 wisatawan dari Eropa mulai datang ke Bali. Bali di Eropa
dikenal juga sebagai the Island of God.
Di
Tempat lain di Kepulauan Sunda Kecil tepatnya di daerah Nusa Tenggara
Barat dikenal dari hasil ternaknya berupa kuda, sapi, dan kerbau. Kuda
Nusa tenggara sudah dikenal dunia sejak ratusan tahun silam. Abad 13 M
Nusa Tenggara Barat telah mengirim kuda-kuda ke Pulau Jawa. Nusa
Tenggara Barat juga dikenal sebagai tempat pariwisata raja-raja.
Raja-raja dari kerajaan Bali membangun Taman Narmada pada tahun 1727 M
di daerah Pulau Lombok untuk melepas kepenatan sesaat dari rutinitas di
kerajaan.
Daerah
Sunda Kecil yang tidak kalah kayanya adalah Nusa Tenggara Timur, karena
di daerah ini terdapat kayu cendana yang sangat berharga. Cendana
adalah tumbuhan asli Indonesia yang tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara
Timur. Cendana dari Nusa Tenggara Timur telah diperdagangkan sejak awal
abad masehi. Sejak awal abad masehi, banyak pedagang dari wilayah
Indonesia bagian barat dan Cina berlayar ke berbagai wilayah penghasil
cendana di Nusa Tenggara Timur terutama Pulau Sumba dan Pulau Timor.
Konon Nabi Sulaiman memakai cendana untuk membuat tiang-tiang dalam bait
Sulaiman, dan untuk alat musik. Nabi Sulaiman mengimpor kayu ini dari
tempat-tempat yang jauh yang kemungkinan cendana tersebut berasal dari
Nusa Tenggara Timur.
Kini
Kepulauan Sunda kecil ini merupakan tempat pariwisata yang terkenal di
dunia. Bali merupakan pulau terindah di dunia. Lombok juga merupakan
salah satu tempat terindah di dunia. Sementara itu di Nusa tenggara
Timur terdapat Pulau yang dihuni binatang purba satu-satunya di dunia
yang masih hidup yaitu komodo. Kepulauan Sunda kecil merupakan tempat
yang misterius dan sangat menawan. Kepulauan ini bisa mendapat banyak
kekayaan para pelancong dari seluruh dunia jika dikelola secara
maksimal.
Kalimantan – Pulau Lumbung Energi
Dahulu
nama pulau terbesar ketiga di dunia ini adalah Warunadwipa yang artinya
Pulau Dewa Laut. Kalimantan dalam berita-berita China (T’ai p’ing huan
yu chi) disebut dengan istilah Chin li p’i shih. Nusa Kencana” adalah
sebutan pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa Kuno. Orang Melayu
menyebutnya Pulau Hujung Tanah (P’ulo Chung). Borneo adalah nama yang
dipakai oleh kolonial Inggris dan Belanda.
Pada
zaman dulu pedagang asing datang ke pulau ini mencari komoditas hasil
alam berupa kamfer, lilin dan sarang burung walet melakukan barter
dengan guci keramik yang bernilai tinggi dalam masyarakat Dayak. Para
pendatang India maupun orang Melayu memasuki muara-muara sungai untuk
mencari lahan bercocok tanam dan berhasil menemukan tambang emas dan
intan di Pulau ini.
Di
Kalimantan berdiri kerajaan Kutai. Kutai Kartanegara adalah kerajaan
tertua bercorak Hindu di Nusantara. Nama Kutai sudah disebut-sebut sejak
abad ke 4 (empat) pada berita-berita India secara tegas menyebutkan
Kutai dengan nama “Quetaire” begitu pula dengan berita Cina pada abat ke
9 (sembilan) menyebut Kutai dengan sebutan “Kho They” yang berarti
kerajaan besar. Dan pada abad 13 (tiga belas) dalam kesusastraan kuno
Kitab Negara Kertagama yang disusun oleh Empu Prapanca ditulis dengan
istilah “Tunjung Kute”. Peradaban Kutai masa lalu inilah yang menjadi
tonggak awal zaman sejarah di Indonesia.
Kini
Pulau Kalimantan merupakan salah satu lumbung sumber daya alam di
Indonesia memiliki beberapa sumber daya yang dapat dijadikan energi, diantaranya adalah batubara, minyak, gas dan geothermal.
Hutan Kalimantan mengandung gambut yang dapat digunakan sebagai sumber
energi baik untuk pembangkit listrik maupun pemanas sebagai pengganti
batu bara. Yang luar biasa ternyata Kalimantan memiliki banyak cadangan
uranium yang bisa dipakai untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
Disamping itu Kalimantan juga memiliki potensi lain yakni sebagai
penyedia sumber energi botani atau terbaharui. Sumber energi botani atau
bioenergi ini adalah dari CPO sawit. Pulau Kalimantan memang sangat
kaya.
Sulawesi – Pulau besi
Orang
Arab menyebut Sulawesi dengan nama Sholibis. Orang Belanda menyebut
pulau ini dengan nama Celebes. Pulau ini telah dihuni oleh manusia sejak
30.000 tahun yang lalu terbukti dengan adanya peninggalan purba di
Pulau ini. Contohnya lokasi prasejarah zaman batu Lembah Besoa.
Nama
Sulawesi konon berasal dari kata ‘Sula’ yang berarti pulau dan ‘Besi’.
Pulau Sulawesi sejak dahulu adalah penghasil besi, sehingga
tidaklah mengherankan Ussu dan sekitar danau Matana mengandung besi dan
nikkel. Di sulawesi pernah berdiri Kerajaan Luwu yang merupakan salah
satu kerajaan tertua di Sulawesi. Wilayah Luwu merupakan penghasil besi.
Bessi Luwu atau senjata Luwu (keris atau kawali) sangat terkenal akan
keampuhannya, bukan saja di Sulawesi tetapi juga di luar Sulawesi. Dalam
sejarah Majapahit, wilayah Luwu merupakan pembayar upeti kerajaan,
selain dikenal sebagai pemasok utama besi ke Majapahit, Maluku dan
lain-lain. Menurut catatan yang ada, sejak abad XIV Luwu telah dikenal
sebagai tempat peleburan besi.
Di
Pulau Sulawesi ini juga pernah berdiri Kerajaan Gowa Tallo yang pernah
berada dipuncak kejayaan yang terpancar dari Sombaopu, ibukota Kerajaan
Gowa ke timur sampai ke selat Dobo, ke utara sampai ke Sulu, ke barat
sampai ke Kutai dan ke selatan melalui Sunda Kecil, diluar pulau Bali
sampai ke Marege (bagian utara Australia). Ini menunjukkan kekuasaan
yang luas meliputi lebih dari 2/3 wilayah Nusantara.
Selama
zaman yang makmur akan perdagangan rempah-rempah pada abad 15 sampai
19, Sulawesi sebagai gerbang kepulauan Maluku, pulau yang kaya akan
rempah-rempah. Kerajaan besar seperti Makasar dan Bone seperti yang
disebutkan dalam sejarah Indonesia timur, telah memainkan peranan
penting. Pada abad ke 14 Masehi, orang Sulawesi sudah bisa membuat
perahu yang menjelajahi dunia. Perahu pinisi yang dibuat masyarakat
Bugis pada waktu itu sudah bisa berlayar sampai ke Madagaskar di Afrika,
suatu perjalanan mengarungi samudera yang memerlukan tekad yang besar
dan keberanian luar biasa. Ini membuktikan bahwa suku Bugis memiliki
kemampuan membuat perahu yang mengagumkan, dan memiliki semangat bahari
yang tinggi. Pada saat yang sama Vasco da Gama baru memulai penjelajahan
pertamanya pada tahun 1497 dalam upaya mencari rempah-rempah, dan
menemukan benua-benua baru di timur, yang sebelumnya dirintis Marco
Polo.
Sampai
saat ini Sulawesi sangat kaya akan bahan tambang meliputi besi,
tembaga, emas, perak, nikel, titanium, mangan semen, pasir hitam,
belerang, kaolin dan bahan galian C seperti pasir, batu, krikil dan
trass. Jika saja dikelola dengan baik demi kemakmuran rakyat maka
menjadi kayalah seluruh orang Sulawesi.
Maluku – Kepulauan rempah-rempah
Maluku
memiliki nama asli “Jazirah al-Mulk” yang artinya kumpulan / semenanjung
kerajaan yang terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil. Maluku dikenal
dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya
dan kekayaan alam yang berlimpah. Orang Belanda menyebutnya sebagai ‘the
three golden from the east’ (tiga emas dari timur) yakni Ternate, Banda
dan Ambon. Sebelum kedatangan Belanda, penulis dan tabib Portugis, Tome
Pirez menulis buku ‘Summa Oriental’ yang telah melukiskan tentang
Ternate, Ambon dan Banda sebagai ‘the spices island’.
Pada
masa lalu wilayah Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah
seperti cengkeh dan pala. Cengkeh adalah rempah-rempah purbakala yang
telah dikenal dan digunakan ribuan tahun sebelum masehi. Pohonnya
sendiri merupakan tanaman asli kepulauan Maluku (Ternate dan Tidore),
yang dahulu dikenal oleh para penjelajah sebagai Spice Islands.
Pada
4000 tahun lalu di kerajaan Mesir, Fir’aun dinasti ke-12, Sesoteris
III. Lewat data arkeolog mengenai transaksi Mesir dalam mengimpor dupa,
kayu eboni, kemenyan, gading, dari daratan misterius tempat “Punt”
berasal. Meski dukungan arkeologis sangat kurang, negeri “Punt” dapat
diidentifikasi setelah Giorgio Buccellati menemukan wadah yang berisi
benda seperti cengkih di Efrat tengah. Pada masa 1.700 SM itu, cengkih
hanya terdapat di kepulauan Maluku, Indonesia. Pada abad pertengahan
(sekitar 1600 Masehi) cengkeh pernah menjadi salah satu rempah yang
paling popular dan mahal di Eropa, melebihi harga emas.
Selain
cengkeh, rempah-rempah asal Maluku adalah buah Pala. Buah Pala
(Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari
kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai
rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan
yang penting pada masa Romawi. Melihat mahalnya harga rempah-rempah
waktu itu banyak orang Eropa kemudian mencari Kepulauan rempah-rempah
ini. Sesungguhnya yang dicari Christoper Columbus ke arah barat adalah
jalan menuju Kepulauan Maluku, ‘The Island of Spices’ (Pulau
Rempah-rempah), meskipun pada akhirnya Ia justru menemukan benua baru
bernama Amerika. Rempah-rempah adalah salah satu alasan mengapa
penjelajah Portugis Vasco Da Gama mencapai India dan Maluku.
Kini
sebenarnya Maluku bisa kembali berjaya dengan hasil pertaniannya jika
terus dikembangkan dengan baik. Maluku bisa kaya raya dengan hasil bumi
dan lautnya.
Papua – Pulau surga
Papua
adalah pulau terbesar kedua di dunia. Pada sekitar Tahun 200 M , ahli
Geography bernama Ptolamy menyebutnya dengan nama LABADIOS. Pada akhir
tahun 500 M, pengarang Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama TUNGKI,
dan pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua
dengan menggunakan nama JANGGI. Tidore memberi nama untuk pulau ini dan
penduduknya sebagai PAPA-UA yang sudah berubah dalam sebutan menjadi
PAPUA. Pada tahun 1545, Inigo Ortiz de Retes memberi nama NUEVA GUINEE
dan ada pelaut lain yang memberi nama ISLA DEL ORO yang artinya Pulau
Emas. Robin Osborne dalam bukunya, Indonesias Secret War: The Guerilla
Struggle in Irian Jaya (1985), menjuluki provinsi paling timur Indonesia
ini sebagai surga yang hilang.
Tidak
diketahui apakah pada peradaban kuno sebelum masehi di Papua telah
terdapat kerajaan. Bisa jadi zaman dahulu telah terdapat peradaban maju
di Papua. Pada sebuah konferensi tentang lampu jalan dan lalulintas
tahun 1963 di Pretoria (Afrika Selatan), C.S. Downey mengemukakan
tentang sebuah pemukiman terisolir di tengah hutan lebat Pegunungan
Wilhelmina (Peg. Trikora) di Bagian Barat New Guinea (Papua) yang
memiliki sistem penerangan maju. Para pedagang yang dengan susah payah
berhasil menembus masuk ke pemukiman ini menceritakan kengeriannya pada
cahaya penerangan yang sangat terang benderang dari beberapa bulan yang
ada di atas tiang-tiang di sana. Bola-bola lampu tersebut tampak secara
aneh bersinar setelah matahari mulai terbenam dan terus menyala
sepanjang malam setiap hari. Kita tidak tahu akan kebenaran kisah ini
tapi jika benar itu merupakan hal yang luar biasa dan harus terus
diselidiki.
Papua
telah dikenal akan kekayaan alamnya sejak dulu. Pada abad ke-18 Masehi,
para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, mengirimkan persembahan kepada
kerajaan China. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung
Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang
merupakan hewan asli dari Papua. Dengan armadanya yang kuat Sriwijaya
mengunjungi Maluku dan Papua untuk memperdagangkan rempah – rempah,
wangi – wangian, mutiara dan bulu burung Cenderawasih. Pada zaman
Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah termasuk dalam wilayah
kekuasaan Majapahit. Pada abad XVI Pantai Utara sampai Barat daerah
Kepala Burung sampai Namatota ( Kab.Fak-fak ) disebelah Selatan, serta
pulau – pulau disekitarnya menjadi daerah kekuasaan Sultan Tidore.
Tanah
Papua sangat kaya. Tembaga dan Emas merupakan sumber daya alam yang
sangat berlimpah yang terdapat di Papua. Papua terkenal dengan produksi
emasnya yang terbesar di dunia dan berbagai tambang dan kekayaan alam
yang begitu berlimpah. Papua juga disebut-sebut sebagai surga kecil yang
jatuh ke bumi. Papua merupakan surga keanekaragaman hayati yang tersisa
di bumi saat ini. Pada tahun 2006 diberitakan suatu tim survei yang
terdiri dari penjelajah Amerika, Indonesia dan Australia mengadakan
peninjauan di sebagian daerah pegunungan Foja Propinsi Papua Indonesia.
Di sana mereka menemukan suatu tempat ajaib yang mereka namakan “dunia
yang hilang”,dan “Taman Firdaus di bumi”, dengan menyaksikan puluhan
jenis burung, kupu-kupu, katak dan tumbuhan yang belum pernah tercatat
dalam sejarah. Jika dikelola dengan baik, orang Papua pun bisa lebih
makmur dengan kekayan alam yang melimpah tersebut.
Belum ada komentar "Indonesia Kaya Raya Sejak Peradaban Kuno "
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q:
Posting Komentar